Rabies di Bali
Nyawa IGAFW Tak Tertolong, Seorang Anak Meninggal di RSU Negara Bali, Diduga Suspect Rabies
Seorang anak berusia 8 tahun berinisial IGAFW meninggal dunia di RSU Negara, Kabupaten Jembrana, Senin (12/5/2025) malam.
Penulis: I Made Prasetia Aryawan | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Nyawa IGAFW Tak Tertolong, Seorang Anak Meninggal di RSU Negara, Diduga Suspect Rabies
TRIBUN-BALI.COM, JEMBRANA - Seorang anak berusia 8 tahun berinisial IGAFW meninggal dunia di RSU Negara, Kabupaten Jembrana, Senin (12/5/2025) malam.
Suasana duka masih menyelimuti rumah duka di salah satu perumahan di Desa Tegal Badeng Barat, Kecamatan Negara, Jembrana, Kamis (15/5/2025) malam.
Proses pengabenan telah berlangsung kemarin pagi.
Baca juga: Anak 8 Tahun di Jembrana Meninggal Dunia, Korban Tunjukkan Gejala Takut Air, Diduga Suspek Rabies
Menurut informasi yang diperoleh Tribun Bali, IGAFW sebelumnya sempat digigit anjing peliharaannya sekitar 2 bulan lalu.
Korban saat itu diserang pada betis kaki kirinya. Namun tak lama atau sekitar 2-3 pekan kemudian, anjing tersebut mati dan dikuburkan pihak keluarga.
Sementara itu, pada Senin (12/5/2025) malam sekitar pukul 19.45 WITA kemarin korban kemudian dilarikan ke IGD RSU Negara dengan keluhan penurunan kesadaran.
Baca juga: 43 KASUS Positif Rabies di Jembrana Kurun Waktu 4 Bulan di Januari - April 2025
Selain itu, juga menunjukan gejala seperti tidak nyambung ketika diajak berbicara, tidak mau makan dan takut minum air.
“Peristiwanya hari Senin kemarin (meninggal dunia),” kata Kabid Pelayanan Medik dan Kendali Mutu, RSU Negara, dr Gusti Ngurah Putu Adnyana saat dikonfirmasi, Kamis (15/5/2025).
Dia melanjutkan, sesuai keterangan dari dokter jaga yang menangani saat itu, pasien datang dengan kondisi penurunan kesadaran sejak 3 hari sebelum dilarikan ke rumah sakit.
Baca juga: Awasi Lalu Lintas HPR, Distan Denpasar Bentuk Tisara, Vaksin Rabies Digelar Door to Door
Kemudian, pasien juga sudah mulai tidak nyambung untuk diajak bicara atau komunikasi. Kemudian juga disebutkan sudah tidak tidur selama 2 hari.
“Korban ini juga menunjukkan gejala hydrophobia atau takut dengan air saat diberikan air oleh salah satu keluarganya di ruang rawat inap. Setelah beberapa jam dirawat atau malamnya, korban akhirnya meninggal dunia,” ungkapnya.
Setelah meminta keterangan dari keluarga, korban ini awalnya sempat mengeluh nyeri tenggorokan dan sudah diajak berobat.
Baca juga: Sejak Januari 2025 Ditemukan 7 Anjing Positif Rabies di Denpasar Bali, Cakupan Vaksin 12.581 Ekor
Namun keluhan tersebut menetap. Ternyata, anak tersebut ada riwayat gigitan anjing pada betis kirinya sekitar 2 bulan lalu. Anjing tersebut adalah peliharaan sendiri.
Anjing tersebut kemudian mati 2-3 minggu setelah menggigit korban.
“Korban mengalami ensefalitis dengan hydrophobia dengan dugaan suspect rabies,” tandasnya.
Baca juga: Stok Vaksin Anti Rabies di Denpasar Bali 3.814 Vial, Ribuan Orang Telah Menggunakannya Sejak Januari
Terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Gusti Ngurah Sumber Wijaya mengakui prihatin atas kejadian tersebut.
Pihaknya telah menindaklanjuti dengan melakukan penelusuran kasus gigitan tersebut.
“Kami segera tindaklanjuti dengan menelusuri ke lokasi dan jika memungkinkan bakal mengambil sampel otak dari anjing tersebut kemudian diuji di BBVet di Denpasar untuk mengetahui hasil pastinya,” kata Ngurah Sumber.
Ia juga menyebutkan bakal melakukan vaksinasi emergency di sekitar lokasi kejadian sebagai antisipasi penyebaran.
Dengan kejadian ini, kata dia, seluruh masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap berbagai kemungkinan terburuk.
Soal rabies, meskipun itu anjing peliharaan agar selalu dipantau dan diberikan vaksin rabies untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan terjadi.
“Penyebaran virus rabies bisa diantisipasi sejak dini. Pelaporan kasus dan vaksinasi menjadi salah satu langkahnya. Jika tidak ditangani, rabies sangat berbahaya,” tegasnya.
Kepergian IGAFW meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga. Sebab, selama ini ia dikenal anak yang ceria dan akrab dengan teman sebayanya di lingkungan tempat tinggalnya.
Bahkan para tetangga di lingkungan tempat tinggalnya begitu terkejut mendengar kabar duka tersebut.
Sementara itu, pihak keluarga membantah bahwa IGAFW meninggal karena suspect rabies.
Mengingat diagnosa awal radang tenggorokan karena sebelumnya sering minum minuman manis.
Hal ini membuat anak tersebut tidak mau makan karena kesulitan menelan.
“Bukan, bukan rabies. Kalau benar seperti itu (suspect rabies), anjingnya yang sebenarnya duluan mati. Biasanya seminggu setelah menggigit sudah mati anjing tersebut. Tapi, ini sampai sebulan lebih masih hidup,” kata ayah IGAFW.
Dia menuturkan, anjing yang menggigit tersebut beraktivitas seperti biasa dalam waktu sebulan. Bahkan, setiap pekannya anjing tersebut juga dimandikan.
“Di sini, vaksinasi (pada HPR) rutin sekali,” tandasnya. (*)
Berita lainnya di Rabies di Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.