Kapal Tenggelam di Selat Bali
BANGKAI KMP Tunu Ditemukan di Kedalaman 49 Meter, KNKT Ungkap Penyebab Kapal Tenggelam di Selat Bali
TNI AL telah melakukan pengambilan sampel bawah air yang akan menjadi bahan referensi bersama tim gabungan untuk menentukan langkah kerja lanjutan.
Penulis: Kambali | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM - TNI Angkatan Laut (AL) yang melakukan pemindaian bawah air berhasil menemukan bangkai KMP Tunu Pratama Jaya yang sebelumnya tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7).
Komandan Gugus Tempur Laut Koarmada II, Laksma TNI Endra Hartono, mengatakan bangkai kapal berhasil ditemukan kemarin, Sabtu (12/7), dengan pemindaian bawah air oleh KRI Spica.
Diurai Endra, menggunakan underwater camera, TNI AL melihat gambaran obyek dari sisi yang berbeda-beda di titik referensi 8, hingga pada percobaan ketiga berhasil mendapatkan tampilan tulisan KM Tunu Pratama Jaya dalam kondisi terbalik di kedalaman 49 meter.
“Kami mencoba beberapa kali pemindaian di bawah air di titik diduga KMP Tunu Pratama Jaya. Kami melihat nama dan bagian bawah kapal,” terang Endra, Minggu (13/7).
Tak berhenti sampai di situ, untuk benar-benar memastikan, percobaan dilakukan hingga 4 kali, dan TNI AL meyakini kondisi badan kapal dari bagian bawah serta mengambil gambar lebih detail.
Baca juga: BANGKAI Kapal Diduga Berjarak 30 M dari Kabel Laut, PLN Waspada Gangguan Pasokan Listrik ke Bali!
Baca juga: NYAWA Ruta Tak Tertolong Saat Tiba di RS, Pria Asal Bunutin Tewas Terjatuh dari Pohon Setinggi 20 M!
Langkah selanjutnya, TNI AL akan melaksanakan perambuan pada titik referensi 8 tersebut untuk keamanan navigasi dan pelayaran yang ada di Selat Bali. “Jarak dari LKK (lokasi kecelakaan kapal) ke lokasi (obyek) sejauh 3,9 kilometer,” tambahnya.
Kini, TNI AL telah melakukan pengambilan sampel bawah air yang akan menjadi bahan referensi bersama tim gabungan untuk menentukan langkah kerja lanjutan.
Untuk diketahui, KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali saat melayani penyeberangan dari Pelabuhan Ketapang Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk Bali. Menurut data manifes, kapal tersebut membawa 65 orang yang terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru, serta 22 kendaraan.
Investigasi Dugaan Kelebihan Muatan
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan dugaan awal penyebab tenggelamnya kapal motor penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali adalah karena pintu menuju ruang mesin dalam kondisi terbuka. Hal ini menyebabkan air laut masuk ke dalam kapal saat gelombang tinggi menghantam.
“Jadi di geladak dari kapal ini ada akses untuk turun ke kamar mesin. Pada saat itu (kejadian), pintu dalam kondisi terbuka sehingga air masuk melalui pintu itu dan menyebabkan kapal miring ke kanan,” ujar Pelaksana Tugas Ketua Sub Komite Keselamatan Pelayaran KNKT, Anggiat PTP Pandiangan, dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR RI di Jakarta, Selasa (8/7) kemarin.
KNKT menduga masuknya air laut ke dalam ruang mesin merupakan pemicu awal kapal miring ke kanan sebelum akhirnya tenggelam. Saat itu, kondisi gelombang di perairan Selat Bali mencapai ketinggian 2 hingga 3 meter.
Anggiat menegaskan bahwa pintu geladak seharusnya selalu dalam keadaan tertutup selama pelayaran, terutama mengingat desain kapal jenis Ro-Ro Pax seperti KMP Tunu Pratama Jaya yang memiliki freeboard rendah (jarak antara permukaan air dengan dek bebas kapal).
“Dan kondisi muatan yang ada di atas kapal juga akan menambah benaman kapal sehingga mengurangi freeboard-nya juga. Dan seharusnya memang pintu ini harus selalu dalam keadaan tertutup ketika berlayar,” katanya seperti dilansir Kompas.com.
Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, dalam rapat itu mempertanyakan apakah insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya bisa dicegah jika pintu menuju kamar mesin dalam keadaan tertutup. Anggiat menjawab singkat, “Ya, Pak.” “Berarti persoalan utamanya berada pada pintu ini. Andaikan pintu ini ditutup, ini tidak terjadi karena air masuk pertama dari situ?” tanya Lasarus. “Ya, Pak,” jawab Anggiat.
Meski demikian, KNKT masih terus melakukan investigasi dan mendalami faktor penyebab lain, termasuk kemungkinan adanya kelebihan muatan. “Itu masih akan kita teliti, dalami,” imbuh Anggiat.
KNKT juga mengungkapkan kronologi kejadian berdasarkan keterangan awak kapal dan penumpang yang selamat. Pada 2 Juli 2025, pukul 22.15 WIB, kapal mulai memuat kendaraan di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur. Pukul 22.45 WIB, proses pemuatan kendaraan selesai. Kemudian pada pukul 22.51 WIB, kapal bertolak menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali.
Saat kapal berangkat, tidak ada tanda-tanda anomali. Mesin berfungsi normal, cuaca cerah, dan visibilitas pelayaran dinilai baik. Namun, sekitar 30 menit kemudian, awak anjungan merasakan kapal mulai miring ke kanan.
Juru mudi jaga dan kelasi jaga melihat air laut mulai masuk ke kamar mesin melalui pintu yang terbuka.
“Juru minyak jaga yang juga berada di kamar mesin melihat hal yang sama. Jadi kami konfirmasi antara informasi dari juru mudi jaga dan juru minyak, menyatakan hal yang sama,” ujar Anggiat.
Juru minyak kemudian segera keluar dari ruang mesin. Mualim jaga memerintahkan seluruh awak untuk membantu penumpang mengenakan pelampung dan bersiap untuk evakuasi. Nakhoda yang saat itu beristirahat, segera dibangunkan dan langsung mengambil alih kemudi.
Kapten kapal lalu memancarkan panggilan darurat melalui radio di frekuensi 16. Di saat yang sama, kendaraan yang berada di geladak belakang mulai bergeser dan bertumpu ke sisi kanan kapal, memperparah kemiringan.
“Pada awalnya masih perlahan-lahan kemudian semakin cepat. Beberapa menit setelah panggilan darurat, kapal mulai tenggelam dengan kondisi buritan tenggelam terlebih dahulu sambil miring ke kanan,” jelas Anggiat.
Upaya penyelamatan dan evakuasi dari kapal lain sempat terkendala karena minim pencahayaan di lokasi kejadian. Kapal Gilimanuk I dan Tunuh Pratama 3888 yang berada di sekitar lokasi berupaya menyorot lampu ke arah Tunu Pratama Jaya, namun sulit mengenali objek terapung di tengah kegelapan.
Kapal KMP Tunu Pratama Jaya adalah kapal penumpang jenis Roll-On-Roll-Off (Ro-Ro Pax) dengan nomor IMO 8749432, dibangun pada tahun 2010. Kapal ini memiliki panjang keseluruhan 60 meter, berat kotor (Gross Tonnage) 792 ton, dan satu geladak kendaraan.
Ruang penumpang terdiri dari kelas ekonomi dan VIP yang terletak di atas geladak kendaraan. Pemilik kapal adalah PT Raputra Jaya. Kapal ini dibuat dari material baja dan telah diklasifikasikan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) sejak awal pembangunannya. Kapal ini biasa bersandar di dermaga LCM atau pelengsengan baik di Pelabuhan Ketapang maupun Gilimanuk.
“TPJ dilengkapi dengan satu mesin induk Mitsubishi tipe SN6-MTK dengan daya maksimum 353 kW. Kecepatan rata-rata kapal di lintasan Ketapang–Gilimanuk sekitar 3 hingga 5 knot,” kata Anggiat. (ali)
JENAZAH Surata Dinanti Sang Istri & Keluarga, Korban KMP Tunu Ikuti Mulang Pakelem di Selat Bali |
![]() |
---|
JASAD Suaminya Belum Ketemu, Wiardani Tak Tenang, Korban Ikuti Ritual Mulang Pakelem di Selat Bali |
![]() |
---|
3 Sulinggih Muput Ritual Mulang Pakelem di Selat Bali, Pasca Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya! |
![]() |
---|
Bangkai KMP Tunu Pratama Jaya Jauh Dari Kabel Bawah Laut, PLN Jamin Kelistrikan Di Bali Aman |
![]() |
---|
PLN Jamin Kelistrikan di Bali Aman, KNKT Sebut KMP Tunu Bawa Muatan 3Kali Lipat dari Batas Kemampuan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.