Berita Denpasar

Yayasan Prabu Capung Mas Sebut Ada 6 Kejadian Kecelakaan Saat Menari Rangda, 3 Meninggal

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pelaksanaan konferensi pers webinar Sasana Tari Rangda di Denpasar, konferensi pers webinar Sasana Tari Rangda di Denpasar, Kamis 4 Maret 2021.

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Beberapa waktu lalu, terjadi kejadian heboh di Denpasar, di mana seorang penari rangda tertusuk keris saat acara napak pertiwi.

Penari yang meninggal tersebut masih berstatus sebagai pelajar.

Namun, kejadian kecelakaan saat menarikan rangda ini tak hanya terjadi sekali.

Baca juga: Barong dan Rangda di Bali, Ini Kisah dan Makna Dibalik Perwujudannya

Baca juga: Kakek Penari Rangda Minta Maaf, Jenazah IGNEP Diaben di Kuburan Desa Adat Tuka Bali

Baca juga: Polresta Denpasar Tegaskan Berantas Penyalahgunaan Narkoba dari Tempat Hiburan Malam hingga Indekos

Yayasan Prabu Capung Mas, sebuah yayasan among budaya yang bergerak dalam budaya Bali menyampaikan fakta lainnya.

Ketua Yayasan, I Putu Eka Mahardika menyebut setidaknya ada enam kejadian kecelakaan saat menarikan rangda.

Dari enam kejadian tersebut, tiga di antaranya meninggal dunia.

Sementara, yang lainnya hanya luka.

“Kejadiannya di Negara, Karangasem, Gianyar, Baha Gianyar, Tabanan, dan terakhir di Pemecutan Kaja Denpasar,” katanya saat konferensi pers webinar Sasana Tari Rangda di Denpasar, Kamis 4 Maret 2021.

Baca juga: DLHK Denpasar Bali Kekurangan Alat Berat untuk Tangani Sampah, Saat Ini Hanya Miliki 2 Alat Berat

Baca juga: Pendapatan Menurun, PD Parkir Kota Denpasar Lakukan Efisiensi Tunjangan BBM dan Pengadaan Seragam

Mahardika menyebut, yang meninggal yakni penari rangda di Karangasem, Jembrana, dan Denpasar.

Selain itu, dirinya menambahkan, saat ini banyak ada penari rangda cilik bermunculan dan tidak tahu sesana atau aturan dalam menari rangda.

Dirinya menyebut, jika mereka menari rangda dengan tidak masuk ke ranah sakral tidak menjadi masalah.

Akan tetapi, jika masuk ke ranah sakral, maka akan berbahaya karena mereka belum memahami etika atau sastra dalam menari rangda.

Bahkan dirinya mengaku bertemu dengan dua orang penari rangda cilik yang tinggal di kawasan Jalan Gatot Subroto Denpasar.

Saat ditanyakan belajar menari rangda di mana, penari cilik tersebut mengaku belajar dari Youtube.

Halaman
12

Berita Terkini