Pembunuhan di Gianyar

PELAKU Lebih dari 1 Orang, Hasil Autopsi Mandor Sempat Dibekap, Meninggal karena Luka Iris di Leher 

Seseorang akan meninggal kalau seandainya darah yang keluar dari tubuhnya itu melebihi daripada sepertiga darah yang mengalir. 

ISTIMEWA/WEG
MAYAT - Seorang mandor proyek ditemukan tewas dengan luka robek di leher di Subak Tenggaling, Banjar Puseh, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, Bali, Sabtu 25 Oktober 2025. 

Tim forensik tidak menemukan masuknya darah di paru-parunya dan saluran napas sehingga posisi korban itu tetap terlentang di bawah. 

Seseorang akan meninggal kalau seandainya darah yang keluar dari tubuhnya itu melebihi daripada sepertiga darah yang mengalir. 

“Kalau dilihat dari berat badannya bahwa korban meninggal karena kedua pembuluh darahnya yang kena waktu kematiannya dari luka itu terjadi kira-kira mungkin 10 sampai 15 menit. Jadi proses meregang nyawa dari orang itu kena luka sampai meninggal 10 sampai 15 menit,” urai dr. Putu Alit.

Ditambahkan, luka iris di leher korban tidak hanya satu kali tetapi dilakukan pengirisan oleh pelaku sebanyak dua kali. “Iya kalau dari gambarannya (luka irisan di leher) memang sesuai dengan gergaji karena dilakukan dua kali gerakan irisan,” ucapnya.

Ia mengungkapkan dari pola lukanya itu ada luka-luka memar disebabkan karena ujung jari, kemudian ada luka pembekapan, kemudian ada luka leher, itu yang mengindikasikan pelakunya lebih dari satu orang. 

Pemeriksaan luar dan autopsi telah selesai dilakukan dan jenazah WS kini masih berada di kamar jenazah RSUP Prof. Ngoerah. “Proses selanjutnya tergantung pihak keluarga kapan jenazah korban akan diambil,” tandas dr Putu Alit.

HASIL AUTOPSI - Dokter Forensik RSUP Prof. Ngoerah, dr. Ida Bagus Putu Alit saat memberikan keterangan mengenai hasil autopsi jenazah Wayan Sedhana di ruang kerjanya, Senin (27/10/2025).
HASIL AUTOPSI - Dokter Forensik RSUP Prof. Ngoerah, dr. Ida Bagus Putu Alit saat memberikan keterangan mengenai hasil autopsi jenazah Wayan Sedhana di ruang kerjanya, Senin (27/10/2025). (Tribun Bali/Zaenal Nur Arifin)

Dititip di RS Sanjiwani

Ditemui terpisah, pihak keluarga korban berencana akan mengambil jenazah Wayan Sedhana pada Selasa, 28 Oktober 2025. 

“Awalnya kami akan mengambil jenazah adik kami pada hari ini (kemarin, red), setelah dilakukan autopsi. Tapi terkenda surat keterangan tanda terima jenazah sehingga kami tunda ke hari Selasa,” ujar kakak korban, I Nyoman Sudharma, ditemui di rumah duka, Senin kemarin.

Selanjutnya jenazah Sedhana akan dititipkan di RSUD Sanjiwani, Gianyar, hingga tiba saatnya upacara pengabenan pada 4 November 2025 di Krematorium Punduk Dawa, Klungkung.

Sebelum dilakukan pengabenan, pihak keluarga akan menggelar beberapa ritual. Salah satunya “nebusin” di TKP yakni di Subak Tenggaling, Banjar Puseh, Desa Pejeng. Nebusin ini bertujuan untuk memanggil roh almarhum untuk kemudian dilaksanakan upacara pengabenan.

Keluarga memutuskan untuk langsung melakukan upacara pengabenan di Krematorium Punduk Dawa karena tak ingin merasakan duka yang lebih lama. Hal ini mengingat korban meninggal dengan kondisi mengenaskan.

“Kami putuskan untuk langsung diaben daripada dikubur. Kami tak akan kuat menahan duka saat memunjung di setra dan mengenang adik kami,” lirih Sudharma sembari menahan sedih.

Di sisi lain, pihak keluarga berharap polisi bisa segera mengungkap kasus kematian Sedhana dan menangkap para pelaku. (zae)

Polisi Masih Periksa Saksi

KASUS tewasnya mandor irigasi, I Wayan Sedhana, di Subak Tenggaling, Banjar Puseh, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar, masih dalam proses penyelidikan.

Aparat kepolisian masih bekerja di lapangan untuk mengungkap kematian tragis pria berusia 54 tahun asal Banjar Tengah Bonbiu, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, itu. 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved