Air Permukaan di Bali Terbuang Percuma, Sumber Melimpah tapi Krisis Air Bersih
Bali memiliki banyak potensi sumber air. Namun, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Bali malah lebih banyak memproduksi air tanah ketimbang air
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Bali memiliki sumber air permukaan yang berlimpah. Namun sumber air permukaan itu belum dimanfaatkan secara baik oleh pemerintah sehingga terbuang percuma ke laut.
Sementara sejumlah daerah di Bali hingga kini masih mengalami krisis air bersih.
Penduduk terpaksa membeli air kemasan galon di warung-warung dan minimarket lantaran suplai air dari PDAM kerap kotor dan berbau.
Data Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida menunjukkan potensi air di Bali 216 meter kubik/detik atau setara 216.000 liter/detik.
Potensi air itu berasal dari sungai, danau, mata air, termasuk air tanah. Sementara kebutuhan air bersih di Bali saat ini sebanyak 119.000 liter/detik.
“Ketersediaan air di Bali saat ini baru 101 meter kubik per detik (setara 101.000 liter/detik, red). Jadi masih ada gap atau kekurangan air bersih sebanyak 18 meter kubik per detik,” kata Kepala BWS Bali-Penida, Airlangga Mardjono dalam Fokus Grup Diskusi tentang Danau dan Air di Provinsi Bali yang digelar Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bali di Denpasar pekan lalu.
• Lahir Kamis Paing, Umur Capai 102 Tahun, Hidup Bahagia?
• Posisinya Nyempil, Vila Mewah di Pancardawa Jembrana Diamuk Api
• Nurhayati Bisa Dipenjarakan Karena Buang Limbah di Tukad Badung, Hari Ini Usaha Sablonnya Disegel
Mardjono mengatakan, di Bali ada enam bendungan yang tersebar di berbagai daerah yaitu Bendungan Palasari, Bene, Telaga Tunjung, Gerokgak, Titab dan Waduk Muara.
Enam bendungan itu baru bisa memproduksi air baku sebanyak 8 meter kubik per detik atau 8.000 liter per detik.
Saat ini sedang dibangun dua bendungan lagi di Bali, yakni Bendungan Sidan dengan volume tampung 3,2 juta meter kubik dan kapasitas produksi sebesar 1,700 liter/detik dan Bendungan Tamlang volume 5,5 juta meter kubik dengan kapasitas produksi sebesar setengah kubik per detik atau 500 liter/detik.
“Bendungan Sidan progresnya (pembangunan fisik) baru 10 persen dan Bendungan Tamlang baru 2 persen. Target selesai keduanya tahun 2022,” kata Mardjono.
Walau demikian, lanjut dia, semua bendungan itu belum mampu memenuhi kebutuhan air bersih Bali.
Menurut Mardjono, untuk mengatasi kekurangan air bersih di Bali tidak bisa hanya mengandalkan solusi membangun bendungan.
Sebab, untuk bangun satu bendungan, membutuhkan dana sangat besar. Rata-rata untuk satu bendungan memerlukan dana minimal Rp 1,5 triliun.
• Sosok Ini Bocorkan Keberdaan Sang Suami di Apartemen Marshanda, Begini Reaksi Karen Pooroe
• Rampok WNA Jepang Mengaku Kantongi Uang Rp 20 Juta, Kalung Emas, dan 5 ATM Sebelum Pulang Kampung
• Punya Banyak Bendungan, Bali Tetap Dalam Teror Nyata Krisis Air Bersih
“Itu belum termasuk beli tanahnya, belum biaya studi, biaya sosial dan sebagainya. Apalagi harga tanah di Bali sangat tinggi, jadi faktor finansial dan sosial ini yang menjadi pertimbangan,” ungkap Mardjono.
Ketua Tim Penyusun Masterplan Pengelolaan Air Bersih Provinsi Bali, Gusti Lanang Parwita mengungkapkan Bali memiliki banyak potensi sumber air.