Corona di Bali
Terimbas Pandemi COVID-19, Harga dan Produksi Minyak Goreng "Tandusan" di Klungkung Anjlok
I Wayan Rasta (42), sedang mengawasi beberapa pekerja saat ditemui di sentra usaha pembuatan minyak goreng murni "tandusan" miliknya, Rabu (13/5/2020)
Penulis: Eka Mita Suputra | Editor: Wema Satya Dinata
TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Pandemi COVID-19 membuat nyaris semua UMKM (usaha micro, kecil dan menengah) Klungkung lesu.
Seperti halnya usaha pembuatan minyak goreng murni "tandusan" di Desa Sulang yang mengalami anjloknya pesanan maupun harga.
I Wayan Rasta (42), sedang mengawasi beberapa pekerja saat ditemui di sentra usaha pembuatan minyak goreng murni "tandusan" miliknya, Rabu (13/5/2020).
Sudah 10 tahun ia menggeluti usaha itu, dan pandemi COVID-19 menurutnya sangat berdampak pada usahanya.
• Pendaftaran Pekerja Formal Penerima Bansos Segera Ditutup, Disperinaker Badung Akan Verifikasi Data
• Pendaftaran Pekerja Formal Penerima Bansos Bakal Ditutup, Disperinaker Badung Lanjut Verifikasi Data
• Perusahaan Tak Ada Pemasukan, Pegawai yang Dirumahkan Terus Meningkat di Karangasem
" Saat ini kondisinya sangat lesu, mungkin juga karena daya beli masyarakat menurun akibat COVID-19 ini," ujar Wayan Rasta.
Meski kondisi penjualan lesu, beberapa pekerjanya masih tampak sibuk memproduksi minyak goreng.
Saat ini usahanya masih mempekerjakan 4 orang pekerja.
Ada ibu-ibu yang tampak kuat mengupas kelapa, hingga pekerja yang khusus memasak santan untuk diolah menjadi minyak.
Cara pembuatan minyak itu pun masih sederhana, dengan tungku dan kayu bakar.
" Usaha ini masih dalam kapasitas rumah tangga. Pekerjanya masih warga lokal di Desa Sulang dan ada juga dari Desa Gunaksa," ungkapnya.
Dalam sehari jika kondisi normal, usaha yang digeluti Wayan Rasta masih mampu memproduksi 20 botol minyak dengan ukuran 600 ml per liter.
Jika memproduksi 20 botol minyak, menghabiskan kurang lebih 150 buah kelapa.
" Kalau kondisi normal, biasanya 20 botol itu dalam sehari bisa habis kami pasarkan. Tapi saat ini paling laku hanya 10 botol," keluh Wayan Rasta.
• Foto Wil dan Melanie Berkebun Sambil Telanjang Viral, Menghibur di Tengah Covid
• Anggaran Penanganan Covid-19 di Denpasar Rp 150 Miliar, Ini Rincian Jumlah Penerima Bantuan
• Taufik Hidayat Beberkan Cara ASN Dapat Uang hingga Rp 1,5 Miliar dan Korupsi Masih Merajalela
Selain jumlah produksi, harga minyak goreng yang diproduksi Wayan Rasta juga anjlok.
Jika saat normal harga minyak goreng yang ia produksi bisa mencapai Rp15.000 per botol 600 ml.
Namun saat ini harga jualnya hanya sekitar Rp12.000 per 600 ml.
" Penjualan lesu, harga juga anjlok. Kami sangat berharap juga kondisi segera normal, karena pandemi ini sangat berdampak ke usaha rumah tangga seperti kami," ungkapnya.
Tokoh masyarakat asal Desa Sulang Wayan Sukasna menjelaskan, disaat seperti ini ia berharap pemerintah bisa memberikan bantuan agar usaha rumah tangga di Desa Sulang bisa terus bertahan.
" Bantuan mungkin bisa berupa stimulus atau pelatihan yang bisa mengembangkan potensi di Desa Sulang. Sehingga disaat sektor ekonomi sedang lesu, pelaku industri kecil ini tetap mampu bertahan untuk produksi, atau berinovasi. Ini kan berdampak juga ke masyarakat sekitarnya," jelas Wayan Sukasna.
Ia juga berharap kedepannya, potensi UMKM di Desa Sulang bisa terus dikembangkan dan berinovasi.
" Warga di desa Sulang kam biasa mengolah kelapa. Nanti kami harap mereka bisa dikembangkan, membuat kerajinan berbahan dasar kelapa misalnya. Ini kan nilainya bisa lebih tinggi, ketimbang jualan batok atau serabut kelapa. Semoga pemerintah bisa fasilitasi ini lah," ungkapnya. (*)