Berita Buleleng
Garam Dengan 6 Cita Rasa Diciptakan Desa Les Kecamatan Tejakula Buleleng Bali
Inovasi dilakukan oleh Desa Les Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali, agar garam yang dihasilkan oleh petaninya. Dengan 6 rasa.
Penulis: Ratu Ayu Astri Desiani | Editor: Anak Agung Seri Kusniarti
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Inovasi dilakukan oleh Desa Les Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali, agar garam yang dihasilkan oleh petaninya, tidak hanya laku terjual di pasar tradisional.
Namun juga mampu merambah hingga ke restoran, SPA dan dapat dijadikan sebagai buah tangan untuk wisatawan.
Ketua BUMDes sekaligus Ketua Sentra Garam Desa Les, Ketut Agus Winaya (37), ditemui belum lama ini menyebut, jumlah petani garam di Desa Les mencapai 32 orang.
Baca juga: Petani Garam Kusamba Mengeluh, Harga Garam Hasil Tunnel Ditawar Rp4 Ribu Per Kilo
Baca juga: Cara Menyembuhkan Batuk dengan Bahan Alami, Air Garam dan Madu Bisa Jadi Solusi, Simple!

Masing-masing petani mampu menghasilkan 35 kilo garam tradisional per harinya.
BUMDes Desa Les kemudian menyerap seluruh garam milik petani itu, dengan membelinya seharga Rp 10 ribu per kilo.
Lalu BUMDes mengemas garam tersebut agar lebih menarik, dan dijual ke pasar yang lebih luas dengan harga Rp 15 ribu per kilo untuk garam original.
Saat pandemi Covid-19, Winaya menyebut pihaknya mulai melakukan inovasi, agar garam tidak hanya digunakan sebagai bahan masakan di dapur.
Pihaknya mencoba membuat garam dengan berbagai cita rasa agar dapat dijual hingga ke restoran, sebagai sovenir untuk wisatawan yang berkunjung ke Desa Les, serta untuk kebutuhan SPA.
Kini ada enam varian rasa garam yang berhasil dibuat oleh BUMDes, diantaranya bawang putih, lime, cabai, serai, kelor, dan rosemary.
Bahkan pihaknya juga berencana akan membuat garam dengan campuran bunga jepun.
"Untuk bawang putih, cabai, lime atau serai itu bisa digunakan oleh restoran untuk bumbu daging, ayam atau ikan. Kalau moringa dan jepun bisa digunakan oleh spa, untuk relaksasi," jelasnya.

Untuk membuat garam kelor misalnya, daun kelor dan garam terang Winaya harus disangrai terlebih dahulu, agar kadar airnya berkurang.
Setelah kering, daun kelor kemudian di blander, lalu dicampur dengan garam sambil di sangrai kembali.
"Garamnya harus benar-benar kering, agar saat dikemas tidak berair dan lengket," katanya.