Berita Bali
Biaya LRT Bali Tiga Kali Lipat, Bappenas Kebut Target Pembangunan LRT Tahun 2024
Ervan Maksum mengatakan, ada beberapa kendala pembuatan LRT di Bali yang membuat ongkos pembuatannya menjadi mahal.
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Untuk biaya pembuatan LRT bawah tanah di Bali tergantung pada fasenya.
Pada fase 1A yakni jalur Bandara ke Central Park Kuta akan menghabiskan Rp 5 triliun, fase 1B yakni jalur Central Parkir ke Seminyak akan menghabiskan Rp 10 triliun dan beberapa jalur lainnya sampai ke Mengwi.
Ervan mengatakan, pembangunan harus dikejar karena dia khawatir jika pembangunan LRT di Bali diundur terus-menerus, akan mengurangi niat wisatawan untuk datang ke Bali karena permasalahan kemacetan yang tidak berangsur membaik.
Solusi membangun LRT di bawah tanah merupakan hasil dari Feasibility Study (FS) yang dilakukan oleh salah satu konsultan dari Korea Selatan.
“Itu mungkin solusi karena di beberapa negara, seperti di San Francisco, fly over malah dipotong karena secara estetika tidak bagus. Teknologi ke bawah sebetulnya sudah lama. Sebetulnya pembangunan di bawah jauh lebih memungkinkan dan bagusnya lagi di Indonesia ini menurut UU Agraria yang disebut kepemilikan bukan sampai ke dalam bumi. Jadi kita bisa menggunakan ruang bawah tanah,” paparnya.
Dengan adanya LRT di Bali, diyakini Ervan kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan dan masyarakat akan jauh lebih efisien.
Ia pun mengambil contoh sama seperti di Hongkong, dimana wisatawan yang menginap di hotel dapat langsung melakukan check-in ke Bandara.
Nantinya LRT di Bali juga akan dibuatkan konsep semirip itu dan akan melewati beberapa rute pariwisata, seperti Jimbaran, Sanur, Sunset Road, Seminyak, Kuta, Canggu hingga Mengwi.
Hal ini diyakini dapat memangkas waktu yang biasanya menghabiskan waktu 2 jam untuk ke Bandara menjadi cukup kurang lebih 15 menit saja.
“Ini dapat membuat airport bisa menjadi hub internasional karena orang bisa overnight di situ, dapat stay dengan waktu yang lebih terprediksi, terukur dan cepat. Kalau sekarang orang tidak bisa jadikan hub karena untuk keluar membutuhkan waktu 2,5 jam. Jadi hanya menjadi transit. Dan itu bisa jadi alternatif,” tandasnya.
Ervan mengatakan, LRT ini akan difokuskan untuk akses ke Bandara saja dan bukan menjadi transportasi publik.
Namun, LRT ini tetap dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Ervan mengatakan, dengan begitu nantinya masyarakat boleh menggunakan LRT dan lebih murah tarifnya.
Namun, kata Ervan, jika membandingkan tarif saat menaiki LRT dengan sepeda motor sulit untuk menemukan angka pastinya.
“Karena kalau bilang apple to apple dibanding LRT dengan sepeda motor biaya per-KM pasti tidak ketemu. Tapi kalau bicara semuanya kalau dengan Bandara bisa fleksibel melakukan itu,” imbuhnya.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Bali, IGW Samsi Gunarta mengatakan, tidak semua nantinya LRT dibangun di bawah tanah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.