Kasus TPPO dan CPMI di Bali

RAYU & Tipu Pria, Kisah Agus Ariawan 8 Bulan Jadi Korban TPPO, Kerja Tanpa Gaji, Disiksa Tiap Hari!

Kadek Agus Ariawan menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) akhirnya bisa pulang dengan selamat pada Jumat (21/3). 

TRIBUN BALI/ MUHAMMAD FREDEY MERCURY
Kesaksian - Kadek Agus Ariawan saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Liligundi, Kecamatan Buleleng pada Sabtu (22/3). Agus menceritakan ihwal pengalamannya selama delapan bulan menjadi korban TPPO di perbatasan Myanmar - Thailand. 

TRIBUN-BALI.COM - Kadek Agus Ariawan menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) akhirnya bisa pulang dengan selamat pada Jumat (21/3). 

Kendati secara fisik ia nampak baik-baik saja, namun secara mental pria 37 tahun itu mengalami trauma mendalam.

Betapa tidak, selama delapan bulan lamanya ia menjalani pekerjaan ilegal dengan waktu kerja selama 16 jam per hari.

Bahkan ia kerap mengalami berbagai jenis penyiksaan apabila tidak mencapai target yang ditentukan. 

Baca juga: KHAWATIR Terjebak Macet! Pemudik Mulai Antre di Pelabuhan Gilimanuk & Padangbai, Mulai Keluar Bali

Baca juga: INTIMIDASI Tempo Kembali Terjadi, Kiriman Bangkai Hewan Lagi, Kali ini Tikus Kepalanya Dipenggal!

Baca juga: HAMPIR Mati & Sempat Ingin Menyerah, Agus & Sunaria Akhirnya Lolos Dari Maut Berkat Tentara DKBA!


Kesaksian - Kadek Agus Ariawan saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Liligundi, Kecamatan Buleleng pada Sabtu (22/3). Agus menceritakan ihwal pengalamannya selama delapan bulan menjadi korban TPPO di perbatasan Myanmar - Thailand.
Kesaksian - Kadek Agus Ariawan saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Liligundi, Kecamatan Buleleng pada Sabtu (22/3). Agus menceritakan ihwal pengalamannya selama delapan bulan menjadi korban TPPO di perbatasan Myanmar - Thailand. (Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury)


Seluruhnya diceritakan Kadek Agus saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Liligundi, Kecamatan Buleleng pada Sabtu (22/3).

Agus mengungkapkan, keputusan bekerja di luar negeri setelah ia tergiur bekerja di sebuah restoran yang ada di negara Thailand, yang ditawarkan seseorang bernama Komang Budayasa.

Hingga pada tanggal 5 Agustus 2024, ia berangkat dari Bali menuju Jakarta. Saat itu ia berangkat bersama seseorang bernama Nengah Sunaria, asal Desa Jinengdalem, Kecamatan Buleleng yang juga tergiur oleh tawaran Komang Budayasa.

Di Jakarta, keduanya bergabung bersama rombongan lain untuk bersama-sama berangkat ke Thailand esoknya.

Kemudian setelah tiba di Thailand, rombongan diangkut menggunakan bus menempuh perjalanan darat dari Thailand hingga perbatasan Myanmar

Kecurigaan mulai muncul saat rute perjalanan yang ditempuh berbeda dari tujuan awal. Saat tiba di perbatasan, Agus Ariawan sempat melihat paspornya dicap oleh petugas Imigrasi. Ia sempat bertanya pada petugas namun petugas itu tidak memahami bahasa Inggris. 

Ketika perjalanan berlanjut hingga lebih dari lima jam, ia semakin yakin ada sesuatu yang tidak beres. Setibanya di perbatasan Thailand-Myanmar, Agus Ariawan dan rekan-rekannya harus menyeberangi sungai menggunakan sampan. 

“Di perbatasan itulah saya sempat berontak. Namun saat itu, salah satu teman rombongan menenangkan saya. Ia mengatakan bisa saja lokasi tempat kerja berada di perbatasan. Sehingga saya berusaha tetap tenang,” ujarnya. 

Namun setibanya di lokasi, Agus melihat orang-orang bersenjata menjaga portal-portal perbatasan. Ia dan rekan-rekannya tidak bisa melawan dan terpaksa mengikuti instruksi hingga akhirnya dijemput oleh orang Tiongkok yang merupakan bosnya untuk dibawa ke portal ketiga. “Dalam perjalanan itu saya sudah pasrah.

KESAKSIAN - Kadek Agus Ariawan saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Liligundi, Kecamatan Buleleng pada Sabtu (22/3/2025). Agus menceritakan ihwal pengalamannya selama delapan bulan menjadi korban TPPO di perbatasan Myanmar - Thailand.
KESAKSIAN - Kadek Agus Ariawan saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Liligundi, Kecamatan Buleleng pada Sabtu (22/3/2025). Agus menceritakan ihwal pengalamannya selama delapan bulan menjadi korban TPPO di perbatasan Myanmar - Thailand. (Tribun Bali/Muhammad Fredey Mercury)

Pikiran saya sudah aneh-aneh apakah saya akan dijadikan budak atau bagaimana,” ucapnya. 
Agus mengungkapkan, ia dibawa ke daerah terpencil di Myawaddy, Myanmar. Oleh warga sekitar, tempat ini disebut KK Park.

Lokasinya di sebuah lembah yang dikelilingi bukit, yang aksesnya melewati hutan. Walaupun terpencil, Agus menyebut lokasi itu seperti kota. Ada mini market, ada klinik, dan banyak perusahaan. Saat tiba di perusahan awalnya Agus tidak mau kerja.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved