Kasus TPPO dan CPMI di Bali

RAYU & Tipu Pria, Kisah Agus Ariawan 8 Bulan Jadi Korban TPPO, Kerja Tanpa Gaji, Disiksa Tiap Hari!

Kadek Agus Ariawan menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) akhirnya bisa pulang dengan selamat pada Jumat (21/3). 

TRIBUN BALI/ MUHAMMAD FREDEY MERCURY
Kesaksian - Kadek Agus Ariawan saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Liligundi, Kecamatan Buleleng pada Sabtu (22/3). Agus menceritakan ihwal pengalamannya selama delapan bulan menjadi korban TPPO di perbatasan Myanmar - Thailand. 

Ia sempat diancam untuk dibunuh. Namun karena sudah pasrah, Agus mengaku tidak masalah jika memang harus meninggal. 

Tapi hal tersebut justru dianggap melawan oleh pihak perusahaan. Agus justru mengalami penyiksaan selama sepekan.  

“Karena selama seminggu itu saya tidak mau kerja, saya disetrum, dipukuli, dicambuk. Akhirnya saya dibujuk teman-teman agar ikuti alurnya. Selama itu juga saya mencari cara bagaimana agar bisa melapor ke petugas di Indonesia,” ujarnya.  

Agus bekerja di perusahaan scam (penipuan). Di tempat ini, Agus menjadi scam love atau penipu yang bergerak secara daring, dengan berkedok mencari cinta atau pasangan, dengan target orang-orang dari negara Irak, Turki, hingga Rusia.

Pada pekerjaan itu, Agus diminta menguras uang targetnya dalam waktu 4 hari. Pekerjaan menipu itu ia lakoni selama berbulan-bulan. Apabila tidak mencapai target, maka Agus akan disiksa sebagai konsekuensi. 

“Targetnya ratusan ribu dolar. Target ini sifatnya bulanan. Apabila kita tembus target, maka bulan selanjutnya target akan bertambah. Namun ada juga target harian. Apabila tidak ada penarikan pada hari itu, konsekuensinya jelas disiksa,” ucapnya. 

Agus mengaku setiap hari dia bekerja selama 16 jam. Dimulai dari pukul 16.00 hingga pukul 8.00, bahkan tak jarang lembur hingga pukul 10.00. Selama bekerja, ia tidak pernah mendapat gaji.

Hanya diberi tempat tinggal serta makan secukupnya untuk bertahan hidup. Karenanya Agus tak memungkiri banyak rekannya yang sampai stress akibat pekerjaan ini. Tak sedikit yang sampai memutuskan untuk mengakhiri hidup karena sangking tidak kuat mental. 

“Ketahuan mengantuk saja akan berakibat penyiksaan. Bahkan ada yang masih sakit dan sedang diinfus, tetap dipaksa bekerja,” ungkapnya. 

Delapan bulan lamanya disekap, komunikasi Agus dan keluarga di Indonesia terputus. Sebab ponselnya disita oleh petugas.  

Beruntung ada salah satu rekannya yang memiliki dua ponsel, dan lolos dari sitaan. Hingga akhirnya membuat video permintaan tolong yang viral di media sosial ihwal penyiksaan yang dialami. (muhammad fredey mercury)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved