Berita Buleleng

MIRIS Siswa SD & SMA Drop Out, Ketua DPRD Buleleng Ungkap Kasus Ini, Ada Broken Home - Kawin Muda

Dikatakannya, menyikapi siswa SMP yang berpotensi DO perlu adanya satu visi mengenai skema pendidikan di Buleleng. 

ISTIMEWA
Setelah kasus 400 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP), tidak bisa membaca. Kembali di Buleleng, 182 siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) terancam drop out (DO) sebab menikah dan alami broken home.  

Sedana menyatakan bahwa tidak sedikit guru yang kini membuat konten bahkan saat berada di ruang kelas. Ia menegaskan bahwa aktivitas tersebut seharusnya tidak dilakukan di waktu mengajar. Sedana juga telah menyampaikan hal ini kepada Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng.

“Mengunggah konten ke media sosial memang bisa menambah pengikut dan membuka peluang pendapatan. Namun profesi guru itu memiliki tanggung jawab moral dan kode etik. Jangan sampai melupakan itu demi popularitas,” ujar Sedana.

Menurutnya, kebiasaan membuat konten bisa mengganggu fokus guru dalam mengajar. “Kalau pikirannya terbagi untuk membuat konten baru, maka perhatian terhadap materi pelajaran bisa terganggu,” jelasnya.

Sementara itu, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Disdikpora Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, turut mengakui bahwa makin banyak guru yang aktif di media sosial. Ia menegaskan bahwa pihaknya akan memberikan arahan agar para guru lebih cermat dalam bermedia sosial.

“Kami tidak melarang guru menggunakan media sosial, namun kami harap penggunaannya lebih bijak. Saat ini hampir semua orang sangat lekat dengan media sosial, jadi penting untuk tahu batasannya,” ucap Ariadi. (mer)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved