Berita Karangasem

PERJALANAN TERJAL Bocah 10 Tahun di Karangasem, Ayah Meninggal, Ibu Enggan Urus Putu dan 2 Adiknya

PERJALANAN TERJAL Bocah 10 Tahun di Karangasem, Ayah Meninggal, Ibu Enggan Urus Putu dan 2 Adiknya

Tribun Bali
Tribun Bali saat mengunjungi kediaman tiga anak yatim di Desa Antiga Karangasem yang dirawat oleh kakek dan neneknya. 


Sekitar tahun 2021, anaknya kecelakaan di jalan turunan di desanya, karena sepeda motor yang dikendarai remnya blong.


 Kakinya patah, tapi saat itu anaknya masih bisa bicara, bercanda, bahkan membantu istrinya membuat porosan.


“Dia masih sempat makan-makan sama teman kerjanya. Saya pikir sudah sehat, hanya kakinya saja yang patah. Juga sudah diperiksa dokter," ungkapnya.


Tapi beberapa hari kemudian, pada malam hari tiba-tiba nafas anaknya pendek. Ketut Sari saat itu langsung bangun, melihat kondisi anaknya yang tiba-tiba lemas dan nafasnya berat.


"Saya katakan, jangan tinggalkan anak-anak yang masih kecil. Lalu anak saya sempat katakan jangan sedih mek. Dia minta air, lalu berpulang di pangkuan saya,” ucapnya lirih, sembari menahan air mata.


Sejak saat itu, hidup keluarga kecil ini berubah. Sang ibu dari anak-anak kembali ke rumah asalnya. Tinggallah tiga bocah itu bersama kakek-nenek yang sudah renta.


Ketika itu pula, Ketut Sari dan Nyoman Kari Sepel menjadi sosok orangtua bagi tiga cucunya.


Setiap pagi, Ketut Sari menyiapkan segala kelengkapa cucunya berangkat sekolah. Sebelum ia sendiri sibuk membuat porosan, tamas, dan daksina untuk dijual di pasar. Sementara sang kakek sudah berangkat ke ladang mencari rumput.


Eka, si sulung, tak hanya belajar, tapi juga membantu. Seusai sekolah, ia ikut kakeknya mencari rumput. Kadang ia membawa bekal nasi seadanya, kadang hanya uang Rp2.000 atau Rp5.000 untuk jajan di sekolah.


Adiknya, Kadek Ayu Wulandari yang baru berusia 7 tahun, dengan malu-malu berkata ingin menjadi guru. Sementara si bungsu, Ngurah Laksmana yang masih 4,5 tahun, bercita-cita menjadi dokter.


Bagi Kari Sepel dan Ketut Sari, melihat cucu-cucu bisa bersekolah sudah menjadi kebahagiaan tak ternilai. 


“Saya ingin mereka bisa kuliah. Bisa mandiri dan mereka bisa hidup saling menjaga, karena sejak kecil sudah serba ketetbatasan,” ucap Sari, sambil menggenggam tangan cucu-cucunya.


Sementara paman mereka Made Muliarta turut membantu berusaha aga ketiga anak yatim itu dapat besekolah setinggi-tingginya. Dari desa, keluarga ini mendapat bantuan BLT. Ada pula donatur yang membantu biaya sekolah. Bahkan pernah ada yayasan yang berniat membiayai hingga perguruan tinggi, dan orang yang menawarkan untuk mengadopsi. Namun kakek dan nenek tak rela melepas cucu-cucunya.


“Kakek neneknys ingin mereka tetap di sini, biar bersama keluarga. Semoga bisa sekolah tinggi, membahagiakan kakek dan neneknya dan bisa membantu sesama,” ujar Muliarta. (mit)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved