Berita Bangli

TABRAKAN Maut di Kintamani Bangli Tewaskan Putu N, Korban Menabrak Wadak, Apa Itu Wadak?

Kecelakaan tersebut dialami seorang pelajar, bernama I Putu N. Naasnya, pelajar berusia 13 tahun itu meninggal dunia di tempat kejadian.

ISTIMEWA
Polisi saat melakukan olah TKP pasca kejadian kecelakaan. Selasa (30/4/2024) 

“Bagi siapapun yang melakukan kejahatan apapun bentuknya, seperti melukai, membunuh, menabrak, menjual, akan terkena sanksi secara niskala.

Bisa pelaku yang sakit, keluarganya yang sakit, terkena musibah, dan sebagainya. Dan ini sudah terbukti. Sedangkan solusinya, ia harus membayar pengganti perbuatannya,” ucap Karmawan.

Sementara untuk menjadi wadak, sapi bisa berasal dari masyarakat perseorangan maupun dari desa.

Dengan catatan, sapi telah cukup umur dan belum ditusuk hidungnya.

“Kenapa ada dari masyarakat, bisa karena faktor murni ingin ngaturang atau bisa jadi yang bersangkutan pernah melakukan perbuatan jahat yang ternyata duwe wadak.

Sehingga ia harus mengembalikannya. Faktor perbuatan ini bisa karena dia tahu namun tidak yakin,” katanya.

Seperti dikatakan sebelumnya, tradisi ngaturang bakti pengeleb ini tidak terlepas dari sejarah upacara terdahulu.

Berdasarkan cerita leluhur, di wilayah Selulung dulunya ada upacara besar dan wajib digelar, yang disebut upacara mabiaya.

Salah-satu sarana wajib untuk mewujudkan upacara tersebut yakni dengan menggunakan darah warak atau dikenal dengan badak.

“Seiring perkembangan zaman, populasi warak mengalami penurunan. Oleh para leluhur dicari solusinya, dan akhirnya dilakukan upacara penyucian sapi untuk keberlangsungan upacara mabiaya ini. Maka dari itu, sapi ini setelah diupacarai berubahlah menjadi wadak,” jelasnya.

Meski demikian, upacara mabiaya kini sudah tidak dilakukan.

Karmawan mengatakan, kemungkinan salah-satu penyebabnya karena upacara tersebut sudah terlalu lama, dan generasi berikutnya tidak ada yang tahu bagaimana prosesi upacara tersebut.

Sedangkan dari sisi keyakinan dan kepercayaan, lanjut Karmawan, leluhur krama Selulung menganut kepercayaan Siwa.

(*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved