Human Interest Story
Warga Buleleng Bali Jadi Korban TPPO, Dipaksa Jadi Penipu, Dapat Siksaan Jika Tidak Penuhi Target
Kata Agus, sosok Mei ini digambarkan sebagai wanita sukses yang bekerja pada bidang desain.
Penulis: Muhammad Fredey Mercury | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
Kendati terdengar mudah, Agus maupun korban TPPO lainnya diberi target harian maupun bulanan.
Target bulanan mencapai ratusan ribu dollar, dengan nominal yang akan berubah apabila memenuhi target yang diberikan.
"Targetnya mencapai 120 ribu dollar, yang dibayarkan menggunakan mata uang crypto berupa USDT," jelasnya.
Apabila tidak menyentuh target, konsekuensinya berupa hukuman siksaan.
Para pekerja akan dimasukkan ke ruangan khusus, yang disebut 'dark room' untuk dipukuli, dicambuk, bahkan hingga disetrum.
Semua jenis hukuman sudah dirasakan oleh Agus, bahkan hampir setiap hari.
Ia bahkan pernah disuruh jongkok bangun sembari mengangkat galon sebanyak 500 kali.
Pernah pula berjalan jongkok selama empat jam.
"Biasanya saat akan memulai hukuman, bos asal Tiongkok itu akan memutar musik Tiongkok dengan volume kencang. Disusul bunyi-bunyian seperti tongkat baseball yang dipukul-pukul, ataupun alat setrum yang dimainkan hingga terdengar bunyinya. Saat itulah nyawa saya serasa ada di leher," ungkapnya.
Penyiksaan terhadap para pekerja dilakukan oleh tukang pukul atau langsung oleh bos itu sendiri.
Korban akan disiksa sampai tukang pukul atau bos merasa puas.
"Banyak yang mengalami luka lebam hingga sampai koma. Mereka yang mengalami lebam akan disuruh kembali bekerja. Sedangkan yang koma, akan dibawa ke klinik untuk diobati hingga dua hari. Setelah sadar akan disuruh kembali kerja. Walaupun masih menggunakan infus," ujarnya.
Tak hanya dihadapkan dengan hukuman. Para korban TPPO juga dipekerjakan dengan tidak layak. Jam kerja contohnya, Agus bekerja selama 16 jam.
Di mulai pukul 16.00 hingga 08.00, bahkan tak jarang lembur hingga pukul 10.00 waktu setempat.
Pekerjaan tersebut bahkan tidak mendapat gaji. Sebab Agus dan para korban TPPO hanya mendapatkan fasilitas mes dan makan secukupnya untuk bertahan hidup.
Tak sedikit yang merasa mentalnya rusak akibat beban kerja serta ancaman penyiksaan.
Agus mengatakan banyak korban yang bahkan tertawa sendiri saat bekerja, atau bahkan sampai tak sadar buang air hingga buang hajat di tempat kerja.
"Tidak sedikit juga yang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidup. Beruntung cepat mendapat pertolongan," ucapnya. (mer)
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.